Aku ingin
menceritakan sebuah kisah padamu. Mungkin ini takkan pernah indah untuk di
dengar, karena kisah ini cukup menyakitkan. Dengar…
“Ada seorang gadis yang
sangat tidak pernah mempercayai tentang cinta, setidaknya belum. Tapi Ia
mencintai hal romantis seperti para gadis lain yang seusianya. Ia senang
mendengar kisah-kisah yang diceritakan oleh para sahabatnya. Yang jenaka,
senang, sedih, mengharukan, telinganya akan siap mendengarkan. Ia juga tak
hanya mendengarkan, tapi ia juga cukup lihai dalam berbicara, termasuk tentang
cinta, ia sangat menyukai hal itu.
Suatu hari,
ia jatuh cinta. Tapi ia tak pernah meng-iya-kan apa yang sedang terjadi pada
dirinya. Salah satu temannya menyadari perbedaan yang terjadi pada dirinya.
Temannya selalu bertanya, “Apa yang kau rasakan pada pria itu?”. Ia hanya
menjawab, “Tidak ada. Dia pria biasa yang kan ku anggap sebagai teman, selalu.” .
Temannya menangkap perbedaan yang terjadi ketika ia menjawab sambil tersenyum,
dan menatap pria itu. “Ada
yang berbeda dari matamu ketika menangkap matanya!”. Gadis itu risih dengan
pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh temannya. Akhirnya Ia
dan temannya tak lagi membicarakan tentang pria itu.
Setelah
sekian lama, ia mulai merasakan hal berbeda (lagi) pada dirinya. Ia mengetahui
bahwa pria yang dicintainya secara tidak sadar itu telah mencintai orang lain,
yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. Setelah kejadian itu, Ia merenung.
“Aku rasa, ini memang cinta. Tapi mengapa ini menjadi cinta yang menyakitkan
untukku? Ah, ini bukan cinta, hanya sekedar halusinasi. Mungkin aku sedang
bermimpi. Atau ini terjadi karena aku terlalu banyak menonton drama romantis?
Ini hanya sugesti.”
Meski cinta
itu memang tampak nyata berada di depannya, ia malah semakin menepisnya. Tapi,
kini semuanya berubah. Ia sangat menerima cinta itu. Semakin lama, semuanya
semakin menyakitkan. Terlebih lagi, ketika ia harus melepas pria itu, karena
pria itu mencintai sahabatnya sendiri. Dengan alasan “cinta”, ia meminta pada
sahabatnya untuk mencintai pria itu. Ia sebenarnya menyadari, tak mudah memang
untuk mencintai seseorang. Tapi ini membuatnya setengah gila. Ia tak tahu harus
berbuat apa. Yang terlintas di pikirannya saat itu hanyalah memikirkan perasaan
pria tersebut. Bahkan ia tak lagi memikirkan perasaan sahabatnya dan dirinya
sendiri. Meski ini menyakiti hatinya sendiri, ia rela.
Setelah
beberapa minggu berjalan. Gadis itu memutuskan untuk mengakhiri semuanya di
sini. Jika tak ada lagi harapan maka takkan ada lagi cinta. Setidaknya Gadis
itu menyadari, “Cinta tak harus dipaksakan, jika cinta telah hadir, maka
mengalirlah, kamu takkan pernah bisa menolak cinta itu.”
“Aku akan berusaha menjaga hatiku untuk
pria selanjutnya. Agar aku
tak melakukan kesalahan yang sama saat mencintai dirinya..”
June, 23rd 2012
-SOFIYA-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar