Dulu, saat mereka masih sangat muda... Canda, tawa, marah, kesal, tangis pernah menghiasi hari-hari mereka. Semuanya seperti dalam mimpi, mimpi yang berkelanjutan.
Gadis itu bertanya, “Apakah kau ingat hari dimana aku memeluk erat punggungmu saat kau menangis, hari dimana kita berjalan bersama di sore hari sambil tertawa-tawa, atau hari dimana kita melakukan pertengkaran-pertengkaran konyol?” Ah... Nostalgia.
Pemuda itu pernah nyatakan perasaannya, bahkan berulang kali. Dan gadis itu anggap semuanya sebagai lelucon belaka. Gadis itu tak pernah meyakinkan dirinya kalau itu memang sungguhan. (Maaf). Pemuda itu juga mengatakan bahwa ia sudah menyukai gadis itu selama empat tahun dan gadis itu menanggapinya sebagai sebuah lelucon (lagi). (Sekali lagi, maaf).
Sejujurnya, gadis itu cukup kaget saat mengetahuinya, karena waktu empat tahun itu bukanlah waktu yang singkat untuk menyimpan sebuah rasa, terlebih lagi gadis itu lebih banyak menghabiskan waktu bersama pemuda lain. Pemuda itu mengatakan bahwa salah seorang teman gadis itu adalah “pelampiasan”-nya karena gadis itu tidak bisa “bersamanya”. Gadis itu semakin kaget dan tidak percaya saat mengetahui “semuanya”. Bukankah pemuda itu adalah pria yang jahat? Atau bahkan gadis itu lebih jahat karena tak tahu perasaannya terhadap gadis itu? Dan terlebih lagi, saat pemuda itu berkata, “...aku merasa kalau kita sedang pacaran...”. Jujur saja, kalimat itu membuat tubuh gadis itu dingin dan kaku. Ah, seandainya pada waktu itu, gadis itu benar-benar tahu bahwa pemuda itu menyukainya, mungkin ia akan mempertimbangkannya. (Dan sekali lagi, maaf.)
Gadis itu tahu, pemuda itu pasti kesal dan marah saat mendapat penolakan secara “kejam” darinya. Tapi ia benar-benar tidak menyangka kalau pemuda itu akan mengutarakan semuanya kepadanya, karena pemuda itu adalah temannya. Gadis itu tidak pernah melihatnya sebagai “sosok lain”, hanya teman, tidak lebih.
Sebenarnya, akhir-akhir ini, gadis itu penasaran bagaimana pertengkaran-pertengkaran kecil itu bisa meninggalkan benih kasih sayang, mengapa “perselingkuhan” itu terjadi, bagaimana pertemuan singkat itu begitu membekas, bahkan gadis itu penasaran mengapa pemuda itu bisa menyimpan rasa itu dalam waktu yang lama.
Meskipun gadis itu tak begitu yakin apakah sekarang pemuda itu masih menyimpan rasa itu untuknya atau tidak. Tapi akhir-akhir ini ada hal aneh di dalam hati dan pikiran gadis itu. Ia terus bertanya, “Apakah pemuda itu masih menyimpan rasa itu untukku?”, “Apakah aku masih menarik di hadapannya?”, dan lain sebagainya. Dia tahu itu aneh, tapi pertanyaan-pertanyaan itu sudah benar-benar menghantui gadis itu.
Sejujurnya, ia membutuhkan jawaban dari pemuda itu atas beberapa pertanyaannya. Tapi, bagaimana bisa, memandangnya dari kejauhan saja ia tak berani, apalagi mengajukan pertanyaan-pertanyaan aneh itu..
Pemuda itu harus tahu, gadis ini bukanlah gadis yang ia kenal dulu. Gadis ini telah berubah banyak setelah gadis itu menolaknya dengan kejam. Dia bukanlah gadis yang bisa mengutarakan perasaannya begitu saja, ia lebih suka mememdam rasanya sendiri. Tapi ada satu hal yang tidak berubah, dia tetap menyangkal perasaannya saat ia jatuh cinta.
"Maaf atas segala perlakuan burukku padamu dan terima kasih karena pernah mencintaiku.."
“Karena dirimu, aku tahu bagaimana rasanya dibuang, karena dirimu pula aku takut jatuh cinta...”
Nb:
Seandainya kau benar-benar tahu, ini adalah cerita kau dan aku. Mulai hari ini dan seterusnya, penyesalan itu kemungkinan besar akan terus berlanjut. :(
Seandainya kau benar-benar tahu, ini adalah cerita kau dan aku. Mulai hari ini dan seterusnya, penyesalan itu kemungkinan besar akan terus berlanjut. :(
emm . . .
BalasHapusnggak usah gitu deh -_-
BalasHapusaigoo, nugueyo? nugu nugu? aish mungkinkaah ...... :D
BalasHapusaishhhhttt!!!! diem kalo udah tau mah >.<
Hapus