Minggu, 08 September 2013

Are We Best Friend? (Ep. Awal Pertemuan)

                Ini adalah sebuah kisah tentang sepasang makhluk yang mencari “cinta”. Entah benar atau tidak, meski mereka saling jauh tapi mereka tetap merindukan satu sama lain. Mereka terlalu naif untuk menunjukan apa yang mereka rasa.
                Alya. Gadis setengah “labil” ini cukup lihai dalam mempermainkan kata-kata. Ia senang membuat cerita drama ataupun puisi romantis. Tapi sayangnya, ia tipe orang yang sangat pemilih dan sangat sulit mempercayai orang lain.  Tidak hanya itu, sifat buruk yang paling melekat dengan image-nya adalah “moody”. Jika ia sudah terkena penyakit itu, maka tak ada kesempatan bagi makhluk lain yang bisa mengusik ke-moody-an-nya. Lebih parahnya lagi, mood-nya bisa berubah kapan saja.
                Di sisi lain ada Venitta. Seorang gadis berparas anggun, cerdas, dan menarik. Sisi buruknya adalah dia seorang yang tertutup dan sedikit tidak peka terhadap perasaan orang lain. Diam membuat kesan “untouchable” pada dirinya. Cukup sulit untuk bisa merebut perhatiannya agar ia keluar dari dunianya.
                Kedua makhluk itu akan menjadi aktor utama kisah kali ini…

***

                Semua berawal dari kebosanan Alya yang selalu mendapat tempat duduk di pojok belakang sebelah kanan. Ia sedikit iri dengan gadis yang duduk di tengah kelas. Dari hari ke hari ia memperhatikan kebiasaan-kebiasaan gadis tersebut. Dan suatu hari dengan alih-alih tak bisa melihat tulisan di papan tulis dengan jelas, ia berpindah ke bangku idamannya, kebetulan bangku sebelahnya kosong.
                Saat duduk di bangku idamannya, Alya malah mencari perhatian gadis yang tengah duduk di sebelahnya, Venitta. Pertanyaan-pertanyaan sederhana membuka obrolan mereka sejak saat itu. Alya yang sering menceritakan hal-hal yang cukup aneh membuat Venitta tertarik dengannya. Obrolan-obrolan seputar “perempuan” membuat mereka cepat akrab.
              Merasa nyaman dengan kehadiran Venitta, Alya pun memutuskan Venitta sebagai “sahabatnya”. Terbilang “saklek” memang saat Alya memutuskan untuk menjadikannya sebagai sahabat. Dia terkesan bersifat otoriter. Tapi selama Venitta meresa tidak “perbudak” oleh Alya, itu akan menjadi hal yang sah-sah saja.
                Itulah awal mereka menemukan angin segar di tempat baru yang begitu panas dan gersang. Perjalanan mereka akan masih terus berlanjut…


-BERSAMBUNG-



Sofiya

September, 8th 2013

3 komentar:

  1. Balasan
    1. nanti ya~ kalo aku udah ada waktu dan mood buat nulis~ :p

      Hapus
  2. Whoa... You are such a talented writer. Hey keep writing okay?

    Love,
    Moana

    BalasHapus